Rabu, 29 Mei 2013

Welcome to my blog

assalamualaikum wr. wb. perkenalkan saya umi afifah saya membuat blog ini untuk tugas sekolah blog ini berisi tentang hewan unik yang ada di dunia di daratan maupun di lautan .Saya harap blog ini dapat memberikan informasi yang berguna :) wassalamualaikum wr. wb.



Beruang air

BERUANG AIR

Jika anda memikirkan singa, serigala, hingga ikan paus sebagai hewan terkuat di muka bumi, maka anda salah. Ternyata, hewan yang bahkan dapat bertahan di dalam ruang angkasa yang rusak adalah Tardigrade, atau seekor beruang air.
Sekilas, tidak akan ada orang awam yang menyadari kehadiran hewan super kecil ini. Bahkan, mendengar namanya pun mungkin tidak pernah. Sekilas makhluk ini tidak kuat karena panjang tubuhnya 1 milimeter dan terkenal malas, akan tetapi sebenarnya hewan ini hampir tidak bisa dihancurkan.

Makhluk kecil ini dapat hidup dalam suhu nol mutlak – bahkan pada – 273 Celcius – atau pada suhu panas di atas 151 Celcius.
Beruang air ini dapat bertahan walaupun tidak minum air selama satu dekade, kebal terhadap hampir semua jenis tekanan, atau ditempatkan ke dalam ruangan vakum dipenuhi radiasi lebih dari sepuluh hari maka dia tidak mengalami kerusakan apapun.
Ini menjadikannya hewan terkuat di muka bumi. Hama kecil ini berukuran mikro dan biasanya tinggal di kebun belakang rumah Anda atau bahkan menempel di kulit Anda selama bertahun-tahun.
Tardigrade bahkan harus dilihat dengan mikroskop dan perbesaran gambar 1000x lebih agar dapat menangkap bentuk jelas dari hewan unik tersebut.

Platypus

PLATYPUS

Platipus adalah hewan semi-akuatik yang banyak ditemui di bagian timur benua Australia. Walaupun Platipus bertelur tapi ia tergolong ke dalam kelas mamalia karena ia menyusui anaknya. Platipus juga sering dikenal dengan nama duck-billed Platypus atau Platypus berparuh bebek disebabkan bentuk paruhnya yang menyerupai bebek.
Platipus termasuk binatang yang aneh dari kerajaan animalia. Binatang ini mammalia tapi bertelur (mayoritas Mammalia beranak seperti anjing,kucing,beruang, dan sebagainya). Platipus memiliki paruh yang seperti bebek dan kaki berselaput. Seperti halnya kangguru dan koala, platipus menjadi simbol fauna Australia dan dapat ditemui di koin 20 sen Australia.
Temperatur tubuh platipus kira-kira 32oC. Temperatur ini lebih rendah dari kebanyakan Mammalia (sekitar 38oC). Tubuh platipus ditutupi bulu berwarna coklat yang menjaga agar tubuhnya tetap hangat. Kaki platipus berselaput seperti bebek. Platipus juga memiliki paruh seperti bebek. Paruh ini digunakan sebagai organ sensor.
Berat platipus berkisar antara di bawah 1 kg sampai dengan lebih dari 2 kg. Panjang tubuhnya sekitar 30-40 cm dan panjang ekornya sekitar 10-15 cm (jantan) dan 8-13 cm (betina). Platipus jantan lebih besar hingga 3x betinanya.
Platipus juga adalah hewan berbisa. Bisa ini digunakan dalam pertarungan perebutan wilayah atau pertempuran antar teman.
Platipus adalah hewan ovipar .Platipus menelurkan telur yang mirip dengan telur reptil, dan sedikit lebih bundar daripada telur burung. Platipus betina biasanya menelurkan dua telur pada saat yang bersamaan. Walaupun kadang-kadang memungkinkan platipus betina menelurkan satu atau tiga telur. Periodeinkubasi-nya terbagi menjadi tiga bagian.
  • Tahap pertama: embrio tidak memiliki satupun organ fungsional dan bergantung pada kantung merah telur untuk bernapas.
  • Tahap kedua: jari-jari kaki mulai muncul.
  • Tahap ketiga: gigi muncul.
Telur menetas seusai periode inkubasi yang berlangsung sekitar 10 hari. Setelah telur menetas, keluarlah bayi platipus tidak berambut yang langsung melekat pada induknya. Sang induk kemudian akan menyusui anaknya yang buta dan peka. Bayi platipus akan meninggalkan sarangnya setelah berusia 17 minggu (kurang lebih 4 bulan lewat).
Organ reproduksi platipus mirip dengan burung (aves). Platipus betina memiliki sebuah ovarium yang terdiri dari ovarium kanan dan ovarium kiri dimana ovarium kanan tidak tumbuh sempurna (sama dengan burung).


Tikus padang pasir

TIKUS PADANG PASIR
Sejumlah ahli biologi mengeluarkan rekaman video seekor hewan pengerat unik bernama long-eared jerboa pada 2007. Hewan yang kerap disebut Mickey Mouse padang pasir ini memiliki telinga yang lebih besar dari kepalanya dan kaki yang mampu melompat seperti kanguru. The International Union for Conservation of Nature kini menetapkan status terancam punah pada hewan ini. Salah ancaman nyata atas long-eared jerboa adalah kucing lokal.

Kelelawar berkaki penghisap

KELELAWAR 
lmuwan telah menemukan spesies kelelawar baru bernama Myzopoda schliemanni di Kepulauan Madagaskar, pada tahun 2007. Hewan berkaki pengisap yang mampu menempel pada pohon berdaun lebar seperti pohon palem ini berkerabat dekat dengan Myzopoda aurita yang hidup di daerah lembab. Ilmuwan terkejut dengan kemampuan hewan ini karena ia mampu hidup di daerah kering seperti benua Afrika. Padahal, wilayah hutan perawan di benua tersebut hanya tersisa delapan persen.

Narwhal

NARWHAL
Dari puluhan spesies paus di dunia, terdapat satu jenis paus berkarakteristik unik bernama paus unicorn.

Paus ini memiliki gigi mencuat layaknya tanduk unicorn, (hewan mistis dunia khayalan.)
Hewan berbobot sekitar 2.200 hingga 3.500 pon ini memiliki tanduk sepanjang delapan kaki yang mencuat dari sisi kiri rahang bagian atas.

Belum lama ini, sejumlah ilmuwan mengetahui tanduk tersebut dilengkapi sejumlah sel saraf super sensitif yang diduga kuat berfungsi mengetahui kadar garam dalam air dan untuk mencari makan


paus bergigi berukuran sedang yang hidup sepanjang tahun di Kutub Utara. Menurut taksonnya, Narwhal masih berkerabat dekat dengan Paus Beluga. 


 Narwhal juga termasuk satu dari sekian banyak hewan yang telah di takson oleh Carolous Linneaus dalam bukunya Systema Naturae.

Narwhal berasal dari bahasa German utara (Old Norse) "nar" yang berarti mayat, karena warnanya yang kelabu dan seperti "warna" pelaut yang tenggelam. Sedangkan nama ilmiah dari Monodon monoceros berasal dari bahasa Yunani, memiliki arti satu gigi-satu tanduk.



Pejantan Narwhal mempunyai berat diatas 1600 kg, sedangkan yang betina sekitar 1000 kg. Pigmentasi bewarna pola hitam dan putih gelap. Gelap saat mereka baru lahir, namun mereka menjadi bewarna putih seiring bertambahnya usia mereka.

Yang paling mengesankan paus ini dengan paus yang lain adalah adanya "tusk" atau tanduk pada bagian depannya yang mampu  mencapai 3 meter panjangnya, panjang yang hampir setara dengan panjang tubuhnya (3-4 meter).



Saya menyebutkan tusk dengan tanduk, karena arti tusk sendiri beragam. Ada yang mengatakan tanduk, ada pula yang mengatakan gading, malah ada pula yang mengatakan tonjolan. Namun saya akan menyebut tusk di sini dengan arti tanduk.



Sekitar satu dari lima ratus pejantan memiliki dua tanduk seperti yang telah diawetkan di Musem Zoologisches di Hamburg yang gambarnya ada di sebelah kiri. Tapi pada umunya, para pejantan hanya memiliki satu tanduk. Sedangkan yang betina sangat jarang sekali memproduksi tanduk. Kalaupun ada yang bertanduk, pasti tanduknya tidak akan sepanjang tanduk pejanan. Walaupun begitu, pernah sekali diketemukan seekor betina mempunya dua tanduk.

Hal ini memperkuat dugaan bahwa tanduk pada Narwhal memang menunjukkan jenis kelamin. Karena selama ini, tidak pernah diketemukan Narwhal menggunakan tanduknya sebagai alat pertahan diri, bertarung, maupun membelah es. Selain itu, diduga pula tanduk Narwhal digunakan sebagai sensor. Namun, kedua simpulan diatas agaknya masih belum menjawab apa fungsi "sesungguhnya" dari tanduk Narwhal.

Adapaun yang mengatakan "tusk" pada Narwhal adalah gigi yang tumbuh mencuat melalui rahang bagian atasnya. 

Cerita mengenai kuda bertanduk Unicorn telah mengisnpirasi sebagian orang. Bermula dari seorang fisikawan asal Yunani abad ke-8, Ctesias. Ctesias bercerita mengenai sebuah makhluk yang memiliki tanduk selayaknya badak. Tanduk itupun dipercaya mempunyai kekuatan magis. Lantas diburulah badak untuk diambil tanduknya.

Cumi-cumi kolosal

CUMI KOLOSAL


Para ilmuwan perairan di Selandia Baru, Selasa (29/4), mulai mencoba meneliti jasad cumi-cumi kolosal yang tertangkap untuk menguak rahasia monster bawah air yang misterius itu.
Tak seorangpun yang pernah tahu bagaimana cumi-cumi berukuran super besar masih bisa hidup di habitatnya di kawasan samudera lepas. Para ilmuwan berharap kajian mereka untuk cumi-cumi sepanjang 26 kaki seberat 1.089 pon (sekitar 500 kg) yang dimulai pada Rabu, akan membantu menentukan bagaimana makhluk ini bisa bertahan hidup. Proses dan hasil penelitian ini akan disiarkan langsung melalui internet



Cumi-cumi yang tertangkap secara kebetulan oleh seorang nelayan tahun lalu dipindahkan dari ruang pendingan, Senin (28/4) dan dimasukkan ke dalam tanki yang diisi dengan “saline solution” ditambah es untuk memperlambat proses pembusukkan dan agar tetap segar, jelas Carol Diebel, direktur lingkungan alam di museum nasional Selandia Baru, sebut Te Papa Tongarewa.
Setelah dikaji, para ilmuwan akan memeriksa gambaran anatominya, memindahkan bagian perutnya, bagian depan, dan mengambil sample jaringan tubuhnya untuk analisis DNA dan menentukan jenis kelaminnya, jelas Diebel.
“Jika yang kita temukan adalah jantan, maka ini merupakan spesies jantan pertama yang dilaporkan secara ilmiah,” jelas Steve O’Shea, pakar cumi-cumi di Universitas Technologi Auckland kepada National Radio. Dialah salah seorang ilmuwan yang melakukan pengujian untuk hal ini. Cumi-cumi ini dipercayai contoh terbesar dan terlangka di perairan dalam untuk jenis Mesonychoteuthis hamiltoni atau cumi-cumi kolosal yang pernah ditangkap, kata O’Shea.
Cumi-cumi kolosal dianggap sebagai salah seekor mahluk laut dalam yang paling misterius ini mampu tumbuh sampai mencapai 46 kaki dengan kemampuan menyelam di kedalaman lautan sampai 6.500 kaki dan dianggap sebagai pemburu agresif. Saat ditemukan, O’Shea mengatakan hewan ini tertangkap dengan bau khas ammonia.
Para nelayan di lepas pantai Antartika secara kebetulan mencangkap cumi-cumi ini pada bulan Februari 2007 saat tengah menangkap ikan Patagonia yang dijual dengan memakai nama mirip ikan sea bass Chili.
Cumi-cumi ini menyantap umpan ikan toothfish saat terjerat dari dasar laut. Mengetahui ini adalah penemuan langka, para nelayan lantas membekukan hewan ini di dalam kapal mereka untuk diawetkan. Museum nasional, Te Papa Tongarewa lantas mengambil alih bangkai mahkluk ini.
Cumi-cumi kolosal sebelumnya yang pernah ditemukan adalah cumi-cumi betina sebarat 660 pon pada tahun 2003.


Para peneliti berencana memerkan hewan ini di dalam sebuah tanki dengan 1.800 liter air formaldehyde di museum mereka di Wellington.
Cumi-cumi kolosal ditemukan di perairan Antartika dan tidak ada kaitannya dengan yang ditemukan di pantai lepas Selandia Baru. Cumi-cumi raksasa diperkirakan hanya mampu tumbuh hingga sepanjang 39 kaki dan tidak sebesar cumi-cumi kolosal, walau keduanya berukuran sangat besar dibanding cumi-cumi yang sering anda santap di restoran seafood. *

Tikus tanah bermoncong bintang

TIKUS TANAH 

Tikus tanah bermoncong bintang? Dari namanya saja sudah menunjukkan keunikan dari hewan tersebut. Dengan 22 tentakel mini di moncong bintangnya, tikus tanah ini mampu mendeteksi dan mencerna makanan lebih cepat dari kedipan mata manusia. Ya, sangat cepat. Hanya sepersekian detik. Hewan menakjubkan ini tinggal di rawa-rawa dan daerah basah lain di sekitar wilayah pantai timur Amerika Utara.

Kepiting Yeti

KEPITING YETI


ilmuwan menemukan spesies kepiting unik di dasar laut lepas pantai Kosta Rika. Rambut yang tumbuh pada capit binatang ini menjadi tempat beternak bakteri sekaligus lumbung makanan bagi kepiting itu.

Binatang laut ini disebut kepiting yeti. Dinamakan demikian karena seluruh lengan kepiting ditumbuhi rambut lebat mirip makhluk legendaris yeti. Kepiting yeti masih satu keluarga dengan kepiting berambut lebat Kiwa hirsuta, yang ditemukan pada 2005 di dekat Pulau Easter.

Ahli ekologi kelautan dari Oregon State University di Corvallis, Andrew Thurber, sangat gembira atas temuan ini. Apalagi lokasi kepiting ini relatif dekat, hanya enam jam perjalanan laut dari sebuah pelabuhan utama di Kosta Rika.

"Sangat mengejutkan. Kepiting ini banyak sekali. Ukurannya juga tak kecil," ujar Thurber.

Kepiting yeti diusulkan mendapat nama latin Kiwa puravida. Nama ini diambil dari bahasa lokal Kosta Rika, yang berarti "kehidupan murni".

Thurber tak sengaja menemukan kepiting yeti ketika melakukan ekspedisi untuk mempelajari rembesan metana dan hidrogen sulfida di dasar laut. Pada saat merayap di dasar laut, kendaraan penelitian mereka menemukan kepiting berukuran 9 sentimeter melambai di atas rembesan metana. Seketika itu juga, peneliti menangkap seekor kepiting untuk dipelajari lebih lanjut.

Rambut yang tumbuh pada capit kepiting ternyata menjadi tempat hidup bakteri. Rembesan gas organik menjadi sumber makanan bakteri untuk bisa tumbuh. Kepiting itu menumbuhkan belalai dengan ujung mirip sisir untuk mengumpulkan bakteri.